Cerita ABG ML Dengan ABG Cantik Anak Pak RT
Cerita ABG ML Dengan ABG Cantik Anak Pak RT
Tapi hasratku kepada Bu Anne jadi hilang seketika disaat tiba-tiba anak Pak Irwan yang kuliah di Surabaya pulang ke rumah. Vivi nama gadis itu, dia cantik, langsing dan berkulit putih tapi toketnya tidak terlalu besar, jauh berbeda dengan Bu Anne yang memiliki toket yang sangat montok.
Siang itu aku dimintai tolong sama Bu Anne untuk
mengantar Vivi mencari tiket Bus supaya Vivi segera kembali ke Surabaya,
dengan maksud agar Vivi tak lama berada di rumah dan tak menganggu
hubungan kami. Akupun mengiyakan perintah Bu Anne. Dalam perjalanan kami
tak banyak mengobrol bahkan terkesan diam.
Tiba-tiba dering hp Vivi berbunyi memecahkan
kesunyian diantara kami, dengan segera Vivi mengangkat telpon itu. Aku
tak tahu entah siapa yang menelponya dan apa yang sedang dibicarakannya,
raut wajah Vivi berubah seketika, matanya berkaca-kaca tak lama air
mata itupun terjatuh membasahi wajah Vivi. Akupun langsung menghantika
laju mobil dan berhenti ke pinggir di depan sebuah rumah makan.
“Lho kamu kenapa Vi? “ tanyaku penasaran. Tapi
entah kenapa begitu melihat Vivi menangis , kontolku malah jadi tegang.
Apa mungkin karena wajahnya tambah cantik ang membuat kontolku berdiri.
Vivi tak menjawab pertanyaanku, dia terus
menangis dan lalu bersandar dipundakku. Aku merasa kasihan melihat
kedaan Vivi, aku berusaha untuk menenangkannya dan mengajaknya masuk ke
dalam rumah makan tersebut.
Setelah masuk ke dalam rumah makan tiba-tiba Vivi bercerita
“Hidupku serasa sudah selesai mas, aku ingin mati saja” katanya sambil sesenggukan.
“Hust, jangan ngomong gitu Vi ndak baik, emang kenapa sih?” tanyaku semakin penasaran.
“Tadi pacarku menelponku, dia memutuskan hubungan kami dan akan menikah dengan wanita lain” jawabnya.
“Kamu yang sabar ya…sudah jangan menangis lagi,
di dunia ini lelaki gak Cuma dia aja kog, masih banyak lelaki lain yang
lebih baik dari dia” jawabku sok bijak.
“Tapi mas, perawanku hilang karena dia, aku sudah tak berharga lagi” katanya
“Jangan berpikiran sempit, lihat disana banyak janda beranak yang juga jadi rebutan” jawabku mencoba menghibur.
Vivi lalu terdiam, aku tak tahu apa yang sedang
dia pikirkan begitu mendengar ucapkan, tapi perlahan isak tangisnya
mereda dan mulai memakan makanan yang sudah kami pesan. Setelah selesai
makan, Vivi ngomong sesuatu yang membuatku terkejut, dia berkata kalau
dia gak mau balik ke kampusnya dulu.
“Mas, kamu mau gak nemenin aku?” tanya Vivi mengejutkanku.
“Lha ini kan sudah kutememani” jawabku singkat.
“Iya tapi maksudku, temani aku satu atau dua hari gitu, tapi kalau kamu gak sibuk sih” katanya manja.
“Sebulanpun juga gakpapa kog Vi” jawabku menggodanya.
“Yang bener? Terus nanti pacarmu kalau marah gimana?” tanyanya memancing.
“Udah jangan banyak tanya, kalau kamu butuh teman aku bersedia menemanimu” jawabku sambil mencubit dagunya.
“Iiih, mesti ujung-ujungnya gombalan…hahaha” jawabnya.
“Emangnya kamu mau kemana minta ditemenin segala? Aku gak maul ho kalau suruh nemenin tidur,,hahahaha” tanyaku bercanda.
“Yeee, GR banget sih kamu, enakan tidur ma bonekaku…” jawabnya membalas candaanku.
“Emang bonekamu punya burung?hahahha” tanyaku memancing.
“Omong apa sih kamu, ngeres banget iihhh….” Jawabnya dengan nada manja.
“Aku juga siap kog jadi pacarmu sehari hehehhe…” kataku sambil mengelus pipinya.
Sesaat kemudian Vivi terdiam kembali, telapak tangannya berubah menjadi dingin dan berkeringat dengan ekspresi wajah yang gugup.
“Kamu kenapa Vi? Kog telapak tanganmu berubah
dingin gini? Padahal cuma kuelus pipimu belum yang lainnya” tanyaku yang
membuatnya tersadar dari lamunannya dan menarik tangannya.
“Udah ah…jangan ngawur, aku cuma pengin cari
tempat yang tenang saja untuk menenangkan diriku, yuk cari tempat dimana
gitu?” ajaknya.
“Aku tahu tempat yang asyik, dijamin kamu akan
lupa dengan pacarmu dan mungkin juga lupa daratan…hahahaha” kataku
sambil bercanda.
Tanpa
menunggu jawab dari Vivi, aku lantas menggandeng tangannya untuk masuk
ke dalam mobil dan langsung menuju tempat yang aku janjikan pada Vivi,
yaitu sebuah apartemen yang bisa disewa harian. Tiga puluh menit
kemudian kami sampai di lokasi, di apartemen ini biasanya aku mengadakan
pesta bersama dengan teman-temanku.
“Ini tempat apa mas? Seperti diskotik?” tanya Vivi penasaran.
“Sudah nikmati saja, anggap di rumah sendiri” kataku sambil menuangkan minuman yang aku ramu sendiri.
Kuputar musik di layar lebar yang berada di depan
kami. Ruangan yang redup menambah keharmonisan kami. Hanya butuh waktu 5
menit, ramuan yang kubuat sudah berhasil membuyarkan kesadarannya.
Tanpa sadar kini tangan kanan Vivi mengelus-elus
memenya sendiri dari luar celana yang dia pakai. Tanpa menunggu lama aku
langsung menyambar tubuhnya hingga terjatuh di sofa dan langsung
kutindih badannya.
“Biar kubantu mengelus ya? Agar lebih nikmat”
kataku padanya. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung melepas
semua pakaianku yang melekat pada tubuhku termasuk CDku kemudian aku
juga membantu melepaskan seluruh baju Vivi, awalnya sih dia menolak dan
coba menepis tanganku, tapi begitu dia melihat kontolku yang besar
berdiri dia langsung menyerah.
Aku langsung mengambil posisi 69. Kujilati
memeknya yang tanpa ditumbuhi bulu. Kubuka lubang memeknya dengan
lidahku. Bisa dibayangkan betapa nikmat yang dirasakan Vivi apalagi
dicampur dengan meminum ramuan yang buat tadi seakan menambah gairahnya.
Vivi mengerang kencang, tanpa kuatir ada yang mendengar dari luar,
karena ruangan ini memang cocok untuk mengekspresikan desahan dan
rintihan.
“Arrgghhh, maasss…. Enak maaasss…terus mas..tusuk lubangku dengan lidahmu maasss…ooohhh…”
Desahnya semakin kencang seiring dengan sodokan
lidahku yang juga semakin cepat mengobok-obok memenya yang sudah sangat
becek. Vivi pun membalas permainanku, dia menjilati, menghisap dan
mengocok kontolku dengan liarnya bahkan tak segan-segan dia menyusur
anusku. Mengejang tubuhku dibuatnya dan kontolku pun seakan semakin
mengeras dan panas.
“Aduuuhh…Viiii nikmat sekali sayaaaang…terus sayang jangan berhenti ya sedot yang keras Viiii….”
Vivi pun menuruti perkataanku dia, lalu menghisap
kencang kepala kontolku dan semakin memasukan dalam ke mulutnya hingga
terkena tenggorokannya. Rsanya sungguh nikmat di banding masuk ke dalam
memek. Tapi aku gak tega melihat wajah Vivi berubah menjadi pucat
terengah dan tersedak sejadi-jadinya.
Lalu kusandarkan tubuh Vivi di sofa dan perlahan
aku menggesekan kepala kontolku di bibir memeknya. Perlahan kumasukan
kontolku ke dalam lubang memeknya, terasa masih sempit meski dia sudah
tak perawan
lagi. Dengan sedikit bhentakan akhirnya kontolku berhasil masuk ke
dalam memeknya, “Sleeeep…..”. Vivi menjerit antara nikmat dan sedikit
menahan sakit.
“Aaauuu…aaahhhh….sssthhhh….”
Setelah seluruh kontolku masuk ke dalam memeknya,
akupun mulai memompa memek tersebut dengan penuh nafsu, dan tanganku
kugunakan untuk meremas toketnya. Sodokanku kupercepat dan sesekali aku
memukuli pantatnya seperti film bokep yang sering kulihat.
“Oooohhh…. Yeeeessss….” Erangan Vivi membuatku
semakin bernafsu. Dan untuk menambah sensasi aku memasukan jari tengahku
ke lubang anusnya yang terlebiih dahulu kulumuri dengan lendir memek
Vivi. Aku tak peduli dengan apa yang dirasakan oleh Vivi, entah itu
sakit atau nikmat.
Dua lubangnya kukocok bersamaan, kontolku menyodok memeknya sedangkan jari tengahku mengobok-obok anusnya.
“Enak gak Viiii…. Hari ini aku seutuhnya milikmu, kamu akan kupuaskan sayang….” Tanyaku sambil terus menyodok kedua lubangnya.
“Enak sekaliii maasss….aku udah gak tahan lagi maasss…” jerit Vivi.
Tak berapa lama tubuh Vivi menegang pertanda dia
sudah orgasme. Tapi aku terus saja menyodok lubang-lubangnya, selama aku
belum orgasme aku tak akan menghentikan sodokanku. Dan benar saja
setelah hampir setengah jam aku mengobok-obok memek dn anusnya, aku
merasa tanda-tanda kontolku akan menyemprotkan sperma, Aku semakin
mempercepat sodokan kontolku. “Ploookkk…ploookk…ploookkk”
“Aaahhhhh..ooohhhh….” teriaku sambil menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam lubang memeknya.
“Crooot…crooottt…croootttt…”. Kutahan kontolku
agar tetap berada di dalam memeknya sampai spremaku habis seluruhnya
menyemprot rahimnya. Kami berdua benar-benar menikmati persetubuhan yang
liar ini. Dan akhirnya kami tertidur hingga pagi.
Keesokan harinya kami pulang ke rumah karena Pak
Rt dan Bu Rt sudah menunggu kami. Disepanjang perjalanan Vivi menangis
lagi. Dan sama seperti cowok yang lain aku mencoba untuk merayu dan
menenagkannya. Aku juga berjanji akan bertanggung jawab apabila dia
sampai hamil. Tapi untungnya samapi kontraku selesai Vivi tak juga
hamil, aku pulang kampong dengan aman.
Tidak ada komentar: