Cerita Sex Aku Diguna-gunai Agar Bisa Dientot Oleh Supirku
Cerita Sex Aku Diguna-gunai Agar Bisa Dientot Oleh Supirku

Karena istri pak udin meninggal akibat wanita itu, akhirnya Pak
udin-pun meminta wanita itu untuk menggantikan peran istrinya yang sudah
meninggal untuk memuaskan hasrat sex Pak Udin .Mau tahu kelanjutan
ceritanya, Langsung aja yuk baca dan simak baik baik cerita dewasa ini.
Dalam kehidupanku, rumah tanggaku maupun lingkungan kerjaku
sebelumnya tidak pernah ada masalah. Suamiku seseorang yang sangat
pengertian dan dia selalu memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun
batin. Akupun dilahirkan dalam lingkungan yang memegang teguh agama dan
adat jawa. Dan tidak heran setamat kuliah aku dan Mas Hamdan memutuskan
untuk menikah, karena kami telah lama pacaran.
Kehidupanku boleh dibilang berkecukupan, selain ayahku yang seorang
pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Hamdan-pun terbilang orang
cukup berada dan menetap di jakarta. Setelah menempuh hidup bersama
dalam rumah tangga kami selama 2 tahun, maka kami merencanakan menunda
untuk memiliki keturunan.
Mas Hamdan ingin aku mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan
ingin tetap menikmati kehidupan berdua dulu tanpa di ganggu anak dulu.
Saat ini usiaku menginjak 28 tahun. tinggiku 160cm dan rambut sebahu.
kulitku kata teman-temanku sawo matang, karena jika putih pasti kalah
dengan orang chiness.
Tidak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak teman
sekampusku yang coba endekati, namun hatiku terpaut pada Mas Hamdan
saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, namun karena sikapnya
yang santun thdp aku. Teman-teman bilang aku terlalu pilih-pilih, namun
semua itu salah, dan kebetulan Mas Hamdan datang kekosku selalu memakai
mobil mewah sperti BMW atau Mercedes milik orang tuanya.
Tapi aku lebih suka jika ia datang dan menjemput aku memakai sepeda
motor saja. Bukan apa-apa, di kampungku orang tuaku juga punya mobil
seperti itu. Kehidupan sexualku normal dan Mas Hamdanpun tau tentang
seleraku. Ia amat mengerti kapan kami bisa berhubungan badan dan kapan
tidak. Akupun tidak mau Mas Hamdan terlalu memporsir tenaganya untuk
melakukan kewajibannya.
Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja. Kami
tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Hamdan.
Di rumah yang luas dan asri ini, kami tinggal dan ditemani dua orang
pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang
tua Mas Hamdan. Umur mereka kira-kira 63 tahun. yang perempuan bernama
mak Giyem dan pak Narto.
Kami mempercayakan rumah kepada mereka jika kami pergi kerja.
Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Hamdan dan kadang aku nyetir
sendiri. Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa
sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang pria
paruh baya. Pria itu jatuh dan aku karena takut dan kaget, maka aku
larikan saja mobilku kearah rumah.
Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih
terbayang olehku saat, pria itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk
berhenti, namun aku tancap gas. Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku
diamkan saja dari Mas Hamdan. setelah kejadian itu besoknya aku minta
diantar kekantor dengan Mas Hamdan. hampir tiap malam aku bermimpi
bertemu dengan pria yang ku tabrak itu.
Sampai-sampai Mas Hamdan heran akan sikapku yang berubah dingin dan
gelisah. Lalu Mas Hamdan menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun
berterus terang dan Mas Hamdan memahaminya. Lalu ia sarankan aku untuk
menagmbil seorang sopir, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku
memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri. Beberapa hari kemudian,
datanglah sopir yang dicari Mas Hamdan itu.
Alangkah kagetnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak
tempo hari. Iapun kaget, namun aku berusaha menagatur sikapku, aku yakin
iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Hamdan tak curiga
pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi
sopirku. Aku berfikir untuk balas jasa ata skesalahanku saat itu.
Namanya Pak Udin, umurnya kira-kira 60 tahun, namun masih kuat dan
sehat.
Sejak saat itu aku slalu diantar Pak Udin kemana aku pergi, baik
kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap-siap
membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Udin. Suatu
hari saat mengantar aku kekantor Pak Udin tiba-tiba berkata padaku,
“ Buk… kalau tidak salah ibu-kan yang menabrak saya dengan mobil ini kan?… “ tanyanya,
Ketika itu aku hanya bisa terdiam dan Pak Udin-pun menyambung perkataanya,
“ Kenapa Ibu hanya terdiam, Ibu kejam sekali, sungguh tidak berperasaan dan bertanggung jawab ”,
“ Ma… ma… maafkan saya Pak, waktu itu memang saya salah, sungguh saat itu saya sedang terburu-buru saat, “ jawabku.
“ Semua orang kaya memang begitu, selalu menganggap orang lain tidak berharga ”
“ Jangan berkata begitu pak, ketika itu saya benar-benar khilaf, dari lubuk hati yang paling dalam, tolong maafkan saya pak, ”
Lalu iapun terdiam saja saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak
kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tidak ambil pusing.
Aneh memang kenapa sejak saat Pak Udin bertanya kepadaku saat itu, aku
merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya.
Perasaanku kepada Pak Udin serasa ingin terus bersama dengannya.
Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam
hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang
dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Hamdan biasa saja. Jum’at
sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Udin untuk mampir
dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak
kesudut dan suasananya amat romantis.
Pak Udin kuajak makan. kami duduk berhadap hadapan, ia pandangngi
terus mataku. Akupun demikian seperti aku memandang Pak Udin. Tanpa ada
kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis
remaja dengan pasangannya. Pak Udin lalu meraih tanganku dan menciumnya.
Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa
hangat yang mengalir di sekujur tubuhku.
Beberapa saat kami menikmati suasana yang tak aku hendaki itu
terjadi. Setelah itu kami keluar dari restoran itu dan menuju kemobil.
Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku
tidak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan
sopirku yang tidak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan
meremas tanganku.
Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Udin menoleh kearahku,dan kembali
meraih jemariku dan lalu ia rengkuh tubuhku lalu ia kecup bibirku. aku
kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang
sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya sopirku itu,
bisik hatiku. Malam harinya, dengan setengah hati, aku layani suamiku
dengan apa adanya.
Tidak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Hamdan
mencumbuku dan mensebadaniku. Hatiku slalu terbayang wajah Pak Udin.
Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Udin ?
gak ada rasanya. tapi aku slalu terbayang wajahnya, Sampai-sampai saat
suamiku saat berada diatas tubuhku saat melakukan hubungan badan, aku
kira Pak Udin yang diatas tubuhku, tapi untunglah aku masih bisa
mengusai diri.
Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani
dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namun ia hanya
senyum. Setiap hari, matanya tidak luput memandangku dari ujung rambut
sampai kaki. Tingkah Pak Udin makin hari makin menjadi saja, pasti ia
selalu saja menyentuh bagian dari tubuhku, kadang dadaku, paha, bahkan
kadang ia juga mencium bibirku. Namun aku tidak berontak.
Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tidak ia arahkan kerumah
tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan
jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa akau, mau saja diajak turun dan
amsuk kerumahnya, yang dikelilinggi pohon-pohon besar. Rumahnya terbuat
dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada
dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal.
Lalu Pak Udin menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di
pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan
didindingnya ada semacam tulang-tulang dan bau menyan. Pak Udin
kebelakang dan tidak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku.
“ Buk… beginilah keadaan saya,” katanya,
“ Nggak papa Pak, lebih baik begini, jujur dan apa adanya, ” jawabku.
Setelah kami melakukan sedikit perbincangan, dengan tiba-tiba Pak Udin melingkarkan tangannya ke bahuku,
“ Aku merasa tidak enak… buk… saya ingin merasakan kehangatan tubuh ibu” ucapnya.
“ Dulu istri saya masih hidup jika tidak ibu tidak menabrak saya
saat itu, seharusnya saat itu saya masih bisa menolongnya, namun ibu
membuat saya terlambat, dan istri saya akhitnya meninggal, sekarang
ibulah yang harus menggantikannya ” ucapnya tegas padaku,
Ketika itu aku hanya terdiam saja saat itu, aku begitu karena
pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam gairah yang
menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan. Setelah berkata begitu, satu
persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci tubuhku ia raih dan
remah hingga aku tidak berpenutup lagi. Aku ia baringkan di dipan kayu
itu, lalu ia buka pakaiannya hingga, sama-sama bugil denganku.
Saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. lalu ia raih inci
demi inci setiap rongga di tubuhku. Dan akhirnya ia hujamkan
kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu
terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu.
Tubuh mulusku dijamah Pak Udin berulang ulang, hingga akhirnya ia
semburkan cairan hangat itu didalam kemaluanku.
Ketika itu terasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Aku pun
tanpa kusadari dari tadi telah pula orgasme. Tubuhku saat itu penuh
dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Udin. Aku mersakan
perih dan nyilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Udin panjang
dan besar juga. Hampir seluruh kulit tubuhku memerah dan putingku serasa
panas akibat gigitan Pak Udin.
Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti
biasa lagi. Lalu aku pulang diantarkanya dengan mobilku. Dalam mobil
aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Hamdan, namun apa dayaku, sebab
Pak Udin amat berkuasa terhadap tubuhku, hingga ia berhasil
menelanjangngi dan menyetubuhi ku. Sejak saat itu, bila ada waktu saat
aku pulang kantor.
Pak Udin slalu menyetubuhiku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia
dengan seenaknya tidur di rumahku dan kamipun bersebadan dengan Pak
Udin di atas ranjang kami dengan Mas Hamdan. Setiap ia menggauliku aku
slalu merasakan puas dan merasa nyeri pada selangkangannku. Para
pembantuku tidak curiga atas tindakan kami itu. Pak Udin pun tampaknya
bisa menutup mulut kedua pembantuku.
Hampir selama setengah tahun aku menjadi pelampiasan nafsu Pak
Udin. Namun aku sedikit tenang, aku tidak bakalan hamil, karena aku
sudah memasang spiral. Dan itu aku sadari, karena hampir setiap
berhubungan sex dengan Pak Udin, ia slalu mengeluarkan air maninya dalam
rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tidak enak saat ia berada
diatas tubuhku.
Bau keringatnya amat busuk, namun aku slalu mengganti sprei
ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di
kain sprei itu. kamarpun aku semprot dengan wewangian dan ACnya slalu
menyala. Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang teman bahwa
Pak Udin adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya.
Atas saran dan bantuan seorang paranormal dari rekan kerjaku, kini
aku telah terbebas dari pelet Pak Udin. Tidak lama aku-pun memecat Pak
Udin, dan ia-pun sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku
denganku kepada suamiku. Untuk menutup mulut dan agar Pak Udin pergi
dari kehidupanku, dia meminta uang sekitar 25 juta dariku. Akupun
menuruti kemauanya dan sejak saat itu ia tidak pernah muncul lagi dari
hadapanku. Entah dia dimana, semoga dia mendapatkatkan karma dari segala
perbuatannya padaku. Selesai.
Tidak ada komentar: